Permintaan akan bahan bakar minyak (BBM) terus meningkat seiring bertambahnya volume kendaraan. Sebagai sumber daya mineral yang tak bisa diperbarui, BBM mempunyai keterbatasan pasokan. Bila sumber daya mineral itu terus dieksplorasi bisa menyebabkan kelangkaan quota yang berakibat pada kenaikan harga di sejumlah aspek. Untuk mencegahnya, civitas academica sebuah universitas di Jakarta menciptakan Eco Power Booster.
Berbagai upaya terus digalakkan untuk mengembangkan energi terbarukan sebagai pengganti BBM. Baru-baru ini para ilmuwan dari University of Louisiana, Amerika Serikat, meneliti kandungan lemak buaya yang bisa diracik sedemikian rupa menjadi biodiesel untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar alternatif masyarakat yang semakin tinggi permintaannya.
Berusaha menjawab kebutuhan masyarakat, Program Diploma Tiga Otomotif, Fakultas Teknik dan Sains Universitas Nasional (FTS UNAS) juga turut mengembangkan sebuah alat sebagai solusi pelestarian alam sekaligus penghematan terhadap BBM. Mereka memanfaatkan air untuk membangkitkan energi listrik dengan HHO Generator menggunakan dry cell. Penghemat bahan bakar itu lantas diberi nama Eco Power Booster (EPB), eco berarti ekonomis dan efisien sementara power booster memiliki arti dapat memacu kecepatan kendaraan.
Eco Power Booster merupakan alat penghemat bahan bakar untuk mesin kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, atau mesin diesel penggerak generator set yang digunakan untuk penerangan serta keperluan lainnya. Kendaraan dengan EPB tetap membutuhkan bahan bakar tapi teknologi EPB membuat penggunaan bahan bakar jauh lebih hemat. EPB efektif mengurangi konsumsi bahan bakar mulai dari 20 hingga 70 persen. Diandaikan sebuah kendaraan memerlukan satu liter bensin untuk menempuh 10 km, dengan Eco Power Booster penggunaan BBM bisa ditekan lagi menjadi satu liter untuk jarak tempuh hingga 20 km.
Kinerja EPB sangat sederhana, tak sampai membongkar atau mengubah standard mesin kendaraan. EPB cukup dipasang di ruang mesin, diisi dengan air kemudian aliri dengan listrik DC. Dengan sistem itu, EPB dengan sendirinya akan memproduksi gas HHO (hidrogen dan oksigen) untuk disupply ke ruang bakar melalui intake manifold atau karburator.
Sebenarnya teknologi yang tersimpan dalam EPB yakni pemisahan unsur air (H2O) yang terdiri dari H2 (hidrogen) dan O2 (oksigen) melalui proses Electrolysa Air ini bukan teknologi baru karena pernah dikomersialkan sekitar 80 tahun lalu. Namun pengembangan EPB rancangan UNAS ini lebih bervariasi dari segi bahan, prosedur dan desain.
EPB menyimpan sejumlah keunggulan. Selain tak memakan waktu lama dalam pemasangan, EPB juga aman dipakai. Arus listrik ke EPB hanya akan hidup bila kunci kontak ke posisi ON dan setelah diputar ke posisi OFF, alat itu takkan berfungsi. Lalu bagaimana dengan emisi gas buangnya? Nah, teknologi EPB ternyata juga bisa meminimalisasi emisi yang berbahaya bagi lingkungan, seperti CO2 dan gas CO, hingga 50 persen.
Alat penghemat bahan bakar berbahan dasar air ini dapat dipasang di mesin kendaraan ber-cc 2000. Apabila dipasang di mesin ber-cc lebih dari 2000, EPB tetap akan bekerja namun tidak di putaran tinggi. Alat ini dijual seharga Rp3 juta untuk kendaraan roda empat dan Rp1,5 juta untuk kendaraan roda dua.
Mau Hemat bahan bakar? Pesan sekarang!
kontak di annadesifakhrana@rocketmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar